News Citra Aceh

Melawan Stunting dari Rumah: Kampung KB di Aceh Utara Lakukan Pendampingan Intensif pada Keluarga Berisiko

 


Aceh Utara, News Citra Aceh  – Suara tawa anak-anak yang riang di halaman rumah, tubuh mungil yang tumbuh dengan sehat, dan senyum ibu-ibu yang penuh harapan—itulah gambaran keluarga ideal yang ingin diwujudkan melalui Program Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB). Namun, di balik impian itu, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi: stunting.


Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi ancaman serius di berbagai wilayah, termasuk di desa-desa pelosok Aceh Utara. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas PMPPKB aktif melibatkan Kampung KB sebagai ujung tombak dalam pendampingan dan pelayanan bagi keluarga yang berisiko mengalami stunting.


Pendampingan Langsung, Upaya Cegah dari Hulu


Menurut Kepala Dinas PMPPKB Kabupaten Aceh Utara, Fuad Mukhtar, S.Sos., M.SM, intervensi pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak masa pranikah dan kehamilan. Inilah mengapa Kampung KB hadir untuk memberikan pendampingan intensif terhadap keluarga yang terindikasi berisiko stunting, baik dari sisi ekonomi, pola asuh, maupun status gizi.


“Kami tidak bisa menunggu anak-anak mengalami stunting baru bergerak. Pendampingan harus dimulai dari sebelum anak lahir, dimulai dari edukasi gizi, pemeriksaan rutin ibu hamil, hingga pendampingan ASI eksklusif dan MPASI yang bergizi,” ujar Fuad.


Kampung KB bekerja sama dengan bidan desa, kader Posyandu, dan tenaga gizi untuk melacak, mendata, dan mendampingi keluarga-keluarga yang memiliki potensi mengalami stunting. Langkah ini dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan.


Gerak Terpadu: Data, Edukasi, dan Aksi


Langkah pertama adalah mengidentifikasi keluarga berisiko, seperti pasangan usia subur yang kurang gizi, ibu hamil dengan anemia, serta balita dengan berat badan tidak sesuai usia. Data ini diperoleh dari Basis Data Keluarga (BDK) dan diperkuat melalui aplikasi seperti New SIGA dan e-PPGBM.


Setelah itu, dilakukan edukasi personal dan kelompok, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal bergizi, serta rujukan ke fasilitas kesehatan jika ditemukan kasus gizi buruk.


“Pendekatannya bukan menghakimi, tapi mendampingi. Kita datang ke rumah warga, duduk bersama, dan bicara dari hati ke hati soal pentingnya pola makan sehat, kebersihan lingkungan, dan pengasuhan anak yang tepat,” lanjut Fuad.


Kolaborasi Lintas Sektor dan Kekuatan Lokal


Dalam pelaksanaannya, Kampung KB juga menggandeng lintas sektor: Puskesmas, PKK, penyuluh KB, tokoh agama, hingga aparatur desa. Bersama-sama mereka merancang aksi tanggap stunting berbasis komunitas, seperti dapur gizi, kebun gizi keluarga, dan kelas ibu balita.


Peran kader pendamping keluarga (TPK) sangat vital dalam hal ini. Mereka bertugas tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga mengawal perubahan perilaku, menyemangati ibu-ibu untuk rutin datang ke Posyandu, dan memonitor tumbuh kembang anak dari waktu ke waktu.


“Melalui Kampung KB, kami bangun kekuatan dari bawah. Kami percaya, jika keluarga dibekali dengan pengetahuan dan didampingi dengan kasih, maka anak-anak akan tumbuh kuat, sehat, dan cerdas,” ucap Fuad.


Dampak Nyata di Lapangan


Di banyak Kampung KB, kini mulai terlihat hasilnya. Kasus stunting perlahan menurun, angka kunjungan Posyandu meningkat, dan masyarakat mulai sadar akan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Bahkan beberapa desa sudah membentuk tim pemantau tumbuh kembang anak secara mandiri.


Ibu-ibu yang dulunya enggan datang ke Posyandu, kini justru aktif mengikuti kelas gizi. Mereka mulai mengenali manfaat daun kelor, tahu cara membuat MPASI dari bahan lokal, dan tak lagi memberikan makanan instan sebagai pengganti sarapan.


Membangun Generasi Sehat, Dimulai dari Desa


Dengan total 852 Kampung KB yang tersebar di seluruh Aceh Utara, program pendampingan keluarga risiko stunting ini menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Fuad Mukhtar optimistis bahwa dengan konsistensi dan dukungan semua pihak, generasi Aceh Utara ke depan akan tumbuh lebih sehat, lebih kuat, dan lebih cerdas.


“Melawan stunting bukan hanya soal gizi. Ini tentang keadilan sosial, pemberdayaan keluarga, dan tanggung jawab bersama. Dan Aceh Utara siap melangkah lebih jauh melalui kekuatan Kampung KB,” tutup Fuad.(Adv).

Lebih baru Lebih lama