News Citra Aceh

Bupati Aceh Utara tidak mampu menahan Air mata melihat Rakyatnya Menderita


( Bupati Aceh utara Ismail A.Jalil dan rombongan )

 Aceh Utara,News Citra Aceh – Tangisan yang terisak-terisak mengguncang rapat evaluasi banjir di Posko Utama Pendopo Bupati, Rabu (3/12). Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil, yang akrab disapa Ayahwa, tak mampu menahan haru ketika secara resmi menandatangani surat ketidaksanggupan daerah menangani bencana yang sudah melanda hampir dua pekan.

 

“Setiap hari saya lihat rakyat tidur di lantai, makan sedikit, anak-anak menangis karena lapar – saya sakit hati, banget,” ujarnya dengan suara gemetar, air mata membasahi pipinya. Sejak banjir mulai melanda pada 22 November, dia sudah berusaha semaksimal mungkin – termasuk meminta helikopter untuk mengirim beras ke pedalaman yang terisolasi.

 

“Sejak hari pertama, saya minta helikopter. Hingga sekarang? Belum ada. Baru dikasih tahu ‘rencana hari ini’ – tapi siapa tahu nanti jadi atau tidak,” katanya, menggeleng dengan sedih.

 

Bantuan dari Bulog hanya berupa beras: 120 ton sudah sampai ke pengungsi, tapi permintaan tambahan 350 ton untuk ribuan warga yang menderita belum terpenuhi. “Kami cuma punya beras, sedikit mi instan, dan telur. Saya paham rakyat kesal, marah, kecewa – silakan makilah saya! Biar pusat tahu betapa parah nasib rakyat Aceh Utara ini,” teriaknya sambil menahan tangisan.

 

Bantuan dari perusahaan juga jauh dari cukup: satu mobil pikap L300 dari bank di mana Aceh Utara adalah pemegang saham terbesar, dan hanya sekitar 10 truk dari Pemerintah Aceh dan Basarnas. Padahal, 852 desa sudah terendam banjir dan longsor – menjadikannya daerah paling luas dan parah terkena bencana di Aceh.

 

“Saya sudah keluarkan semua uang daerah yang ada, tapi masih kurang. Mohon maaf, rakyat Aceh Utara... saya sudah berbuat sekuat tenaga saya untuk menyelamatkan dan menolong kalian,” tutup Ayahwa, dengan tangisan yang tak bisa dihentikan lagi, sementara di luar posko, ribuan warga masih menunggu bantuan yang akan datang untuk mereka karena inilah ayahwa tidak sanggup tahan,(Jufri).

Lebih baru Lebih lama